Siapa yang Menyangka Suara Hati SeorangPreman

Tulisan 1
Sabtu, 24 September 2011

Tulisan ini saya tulis berdasarkan kisah nyata yang pernah saya alami waktu duduk di kelas 2 SMA. Saya lupa tepatnya kapan, karena kejadian ini sudah lama. Tapi yang pasti saya masih ingat dengan kata-kata yang memotivasi saya dari seorang preman ini.
Waktu itu saya pulang sekolah sekitar jam 3 siang. Lalu, saya biasa pulang sekolah dengan bis umum Kopaja 612 jurusan Ragunan dan Kampung Melayu. Kemudian bis yang suka berhenti dulu dipangkalan bis untuk mencari penumpang atau biasanya disebut dengen istilah ‘ngetem’ ini akhirnya jalan sampai bis ini menaik turunkan penumpangnya di depan SMA Bhayangkari. Tak lama kemudian, ada sekawanan 3 orang preman yang bertampang seram ini masuk ke bis yang saya tumpangi. Wajah mereka yang penuh dengan tindikan, badan mereka penuh ditatto, penampilan mereka yang kusam, dekil, dan bau kemudian rambut mereka yang dibuat dengan gaya tak karuan dan diwarnai warna yang aneh-aneh ini membuat saya ngeri dan terkesan memandang mereka dengan sebelah mata.mereka memang sering mengamen di bis 612.
Dengan perasaan khawatir dan takut saya memalingkan pandangan saya dari mereka dan berpura-pura tenang agar tidak menarik perhatian orang-orang di bis itu. Setelah itu, mereka bertiga melantunkan lagu jalanan dengan alunan suara ukulele serta gendang tabuh sederhana bikinan mereka dan diselingi tepuk tangan yang keras dari seorang preman yang bertugas untuk menyanyi itu. Jujur saja, saya risih dengan orang macam mereka yang sudah dekil dan bau malah mengamen di bis lalu menyanyikan sebuah lagu dengan nada yang keras-keras dan menurut saya itu mengganggu sekali.
Sampai akhirnya mereka melantunkan tiga buah lagu dengan waktu yang cukup lama sehingga membuat saya merasa bosan dan ingin rasanya ketiga anak punk itu cepat-cepat pergi dari bis ini. seorang preman yang bernyanyi itu kemudian mengeluarkan bungkusan permen bekas untuk meminta sumbangan sukarela dari para penumpang. Lalu ia meminta-minta uang kepada para penumpang yang duduk di bis itu. Saya tidak memberikan uang ke mereka karena saya masih berpikiran egois “enak saja mereka yang masih muda itu malah mengamen di bis, memang mereka tidak ada kerjaan lain apa selain mengamen dan mengganggu saja”.
Setelah selesai meminta-minta uang kepada para penumpang bukannya preman-preman tersebut langsung turun malah tinggal atau stay dulu di bis itu. Hal tersebut yang membuat saya kesal sekali karena sudah mendengarkan nyanyian mereka yang nadanya tak karuan disamping itu bau asem mereka yang menyengat sekali sampai saya tidak kuat padahal saya sudah menutup hidung saya.
Tak berapa lama kemudian salah satu orang penumpang yang duduk ‘disamping kiri saya’ bukan ‘disebelah bangku saya persis’ itu turun. Dan akhirnya bangku ‘disamping kiri saya kosong’. Tiba-tiba seorang preman yang tadi bertugas menyanyi itu duduk dibangku kosong disamping kiri saya itu. Wah terang saja, saya langsung mengecutkan wajah saya karena saya kesal apalagi dengan bau mereka yang menusuk itu. Tapi apa daya, saya ingin pindah bangku malah sudah terisi semua akhirnya saya hanya menghela nafas dan berdoa semoga saya tidak kenapa-kenapa.
Kemudian entah kenapa preman yang duduk disebelah bangku saya ini melirik-melirik dan menatap ke arah saya. Saya merasa sekali walaupun ia berada disamping saya, apa karena logo sekolah yang ada dikantong saya ini kan logo sekolah swasta jadi saya berpikir negatif kalau preman itu akan memalak saya karena ia pikir saya banyak uang. Pikiran saya sudah kacau tak karuan karena saya trauma dipalak preman soalnya waktu smp pernah dipalak 4 orang preman di dalam bis lalu hanya ada 3 penumpang di bis dan yang dipalak mereka hanyalah saya. Saya sangat takut dan ingin beranjak dari bangku bis itu tapi saya tidak bisa dan hanya berdoa toh banyak penumpang ini kan di dalam bis itu. Jadi mengapa saya harus takut.
Tapi pikiran negatif yang menyelimuti benak saya itu ternyata salah. Si preman itu tidak ingin memalak saya melainkan ia malah bertanya “Dek, adek sekolah dimana?”. Perasaan saya campur aduk ingin menjawab tapi tidak ingin menjawab karena takut. Tapi kemudian, dengan refleks saya malah menjawab “di SMA Sumbangsih”.
Setelah itu, si preman malah berkata “ Ya ampun dek, sekolah di SMA Sumbangsih adek hebat ya bisa sekolah di swasta sekolah orang yang mampu”. Mendengar itu saya cuman pasrah lalu menjawab seadanya “iya makasih ya”. Padahal di dalam hati saya saya berkata “lebay banget sih gitu doang”.
Tiba-tiba preman itu melanjutkan perkataannya “Abang selalu ngeliat adek naik bis ini terus abang suka perhatiin adek tuh beda sama anak sma lain”. Nah pas mendengar itu saya penasaran dan saya bertanya tapi saya ngeri melihat wajahnya jadi saya menatap kedepan saja “lho emang kenapa bang?”. Kemudian ia menjawab “soalnya adek tuh kelihatan capek banget kalo sekolah, trus bawa buku berat-berat di tas trus belum nenteng tas kecil kayak gitu’’.
“terus apa hubungannya bang?” saya balik bertanya ke preman itu. Lalu ia menjawab “ berarti adek, masih menghargai sekolah dong, adek masih mau bawa buku terus tas udah segede karung gitu kan abang suka perhatiin kalo anak sekolah jaman sekarang tasnya kecil-kecil kayak gak ada buku”.
Mendengar si preman berkata seperti itu saya rasanya ingin tertawa. Di benak saya malah berkata “ ya ampun preman itu sampai segitunya ia perhatiin anak-anak sekolah”. Lalu timpal saya “ya, saya sih males ninggalin buku entar ribet trus kalau ilang kan gawat juga”.
Preman itu diam sejenak lalu melanjutkan kembali dengan nada yang sepertinya sedih sekali dan penuh penyesalan “jujur aja nih ya dek, abang iri banget sama adek. Abang kalau bisa mengulang waktu, abang pengen banget sekolah yang bener dan jadi orang sukses nggak kayak gini yang cuman bisa ngamen di bis, terus luntang-lantung gak jelas dijalanan abang iri setiap ada orang yang bisa sekolah abang nyesel waktu dulu abang tuh jadi anak yang nakal selalu bolos sekolah, tawuran sampe minum ngobat-ngobat pokoknya abang dulu orang yang nggak bener akhirnya abang putus sekolah padahal baru kelas 2”.
Astagfirullah, kenapa si preman ini malah curhat ke saya. Saya bingung tidak tahu harus gimana akhirnya saya cuman berkata “ ya emang sih bang, penyesalan itu emang selalu datang belakangan”. Kemudian si preman itu kembali berbicara “makanya itu dek, adek jangan begitu juga ya, adek masih muda jangan rusak masa muda adek. Sumpah dek, di dalam hati abang, abang nyesel kenapa abang dulu begitu padahal kalau aja abang itu jadi anak baik abang mungkin nggak jadi kayak sekarang ini”
Subhanallah,saya tertegun mendengar perkataannya. Selama ini saya berpikir kalau seorang preman itu tidak mungkin bisa berkata seperti itu. Mungkin dipikiran preman yang ada hanya uang, makan, nongkrong atau apa lah tapi saya baru mendengar ada yang bisa berkata yang bagi saya pribadi begitu kasihan kalau mendengarnya.
“Iya bang, adek juga nggak mau jadi kayak gitu amit-amit jabang bayi mudah-mudahan nggak” ucap saya setelah mendengar itu.
Lalu si preman lanjut berkata “Abang ingat kalau abang juga punya adek di kampung. Adek abang masih sekolah juga abang selalu bilang sama adek abang, dek kamu sekolah yang benar dan rajin jangan seperti abang, abang mau kamu jadi orang yang sukses abang mau kamu bisa bantu-bantuin bapak sama ibu cukup abang aja yang rusak kayak gini kamu harus sekolah yang rajin dan kejar cita-cita kamu”. saya memperhatikan di raut wajahnya itu tersimpan banyak penyesalan atas kesalahan dia. Ternyata seorang preman yang katanya ingin hidup bebas tanpa aturan ada juga yang menyesali menjadi seorang preman dan malah ingin hidup sukses.
Ya Allah, saya ingin menangis mendengar kata-kata si preman itu, saya berpikir dan ingin berterimakasih pada Tuhan kalau saya ini masih beruntung dibandingkan dengan saudara-saudara hamba yang lain. Sambil menahan rasa sedih saya tidak bisa berkata apa-apa saya kasihan sama dia ada benarnya juga kalau ada orang selalu bilang “sekolah yang benar ya nak, gapailah cita-citamu setinggi langit”
Saya bingung mau ngomong apa karena kalau mendengar nada bicaranya dia yang sedih itu rasanya seperti mengiris hati (beneran lho). Selang berapa lama kemudian suasana menjadi hening saya lihat teman-temannya yang mendengar percakapan kami terdiam lesu nampaknya mereka juga senasib dengan temannya itu. lalu saya mengatakan “ iya juga ya bang, masa muda emang harus diisi sama hal yang baik”.
Preman itu pun kemudian menyahut “iya dek, jangan isi masa muda sama yang nggak-nggak soalnya adek akan ngerasain gimana nyeselnya dikemudian hari, adek juga musti banyak-banyak bersyukur sama Allah kalau adek masih bisa sekolah”. Saya terdiam kembali gara-gara kata-katanya itu lagi.
Kemudian bis masih berjalan dikawasan Kemang Timur. Temannya si preman yang memegang ukulele itu mengajak untuk turun di sekitar situ “eh cabut yuk”. Sebelum mereka bertiga pergi si preman yang curhat ke saya ini berpamitan segala sama saya sambil berkata “Abang pamit dulu ya dek, inget tuh adek harus jadi orang yang sukses jangan kayak abang”.
Lalu saya menjawab “iya bang makasih ya nasihatnya”. Kemudian mereka bertiga turun dari bis ini. saya melihat mereka bertiga yang kerjaannya seperti itu sambil menghela nafas dan membatin “ Ya Allah kasihan banget ya orang itu”.
Keesokan harinya saya kembali pulang sekolah dengan bis kopaja 612. Saya tidak melihat ketiga preman itu mengamen lagi di bis ini. soalnya saya sering melihat mereka mengamen di bis 612. Saya pikir oh ya sudah mungkin mereka sedang mengamen di tempat atau bis lain. Tapi yang anehnya beberapa hari kemudian saya lihat mereka mengamen lagi kembali di bis 612 tapi hanya dua orang saja. Si preman yang memegang ukulele sama yang memegang gendang, kemana si preman yang menyanyi waktu itu?. Saya masih berpikiran positif mungkin ia sedang pergi kemana entahlah. Sampai pada akhirnya tinggal yang memegang ukulele dan gendang saja yang saya lihat mengamen di bis itu. Lho saya bingung biasanya kan ada tiga orang. Saya ingin bertanya ke temannya tapi… masih berat saya untuk bertanya ke mereka lagipula mereka cepat sekali kalau selesai ngamen langsung turun. Saya penasaran bagaimana keadaan preman yang menyanyi waktu itu apa dia sudah bertaubat, apa dia mengamen di tempat lain, atau dia pulang kampung atau bisa saja dia sakit kita tidak pernah tahu.
Anehnya setelah kejadian itu saya hampir tidak pernah melihat mereka lagi mengamen di bis kemana ya mereka bertiga kalau saya sih menduga mereka insyaf tapi entah juga mudah-mudahan sih mereka sadar dan punya masa depan yang jauh lebih baik amin.

Selesai

Tulisan ini memang berdasarkan kisah nyata saya tidak membuat atau mengarang-ngarang cerita ini banyak hal yang saya pelajari dari kejadian itu yaitu :
Jangan menilai seseorang dulu dari penampilannya walaupun penampilan mencerminkan kepribadian seseorang.
Kita harus banyak bersyukur atas segala rezeki yang Tuhan beri kepada kita karena ternyata masih banyak orang yang belum beruntung dibandingkan kita sendiri.
Jangan sia-siakan masa muda, isi masa muda dengan hal-hal yang positif dan bermanfaat.

Pandan Wulan Setyaningrum
Teknik Informatika
1IA09
NPM: 55411490